Miqat adalah garis batas atau garis demarkasi untuk mulai meIafadzkan niat (Ihram) ketika akan memasuki tanah suci untuk berhaji atau berumrah.
Yang dibagi menjadi dua jenis miqat.
Miqat Zamani
Pertama Miqat Zamani, yaitu miqat yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan ibadah haji.
Sebagaimana firman Allah SWT:
سۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الۡاَہِلَّۃِ ؕ قُلۡ ہِیَ مَوَاقِیۡتُ لِلنَّاسِ وَ الۡحَجِّ ؕ وَ لَیۡسَ الۡبِرُّ بِاَنۡ تَاۡتُوا الۡبُیُوۡتَ مِنۡ ظُہُوۡرِہَا وَ لٰکِنَّ الۡبِرَّ مَنِ اتَّقٰیۚ وَ اۡتُوا الۡبُیُوۡتَ مِنۡ اَبۡوَابِہَا ۪ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari atasnya, tetapi kebajikan adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Al-Baqarah [2]: 189)
Miqat Yamani
Miqat Yamani adalah miqat yang berhubungan dengan batas wilayah antara tanah biasa atau tanah suci.
Dari Ibnu Abbas ra ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah menetapkan miqat bagi penduduk Madinah adalah Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam adalah Juhfah, bagi penduduk Nejed adalah Qarnul Manazil, dan bagi penduduk Yaman adalah Yalamlam.
Sabda beliau, “Miqat-miqat tersebut adalah untuk penduduknya dan orang-orang selain penduduknya yang datang melaluinya, dari orang-orang yang hendak berhaji atau berumrah” (HR. Al Bukhari- Muslim).
Abuz Zubair mengatakan bahwa ia mendengar Jabir bin Abdullah ra ditanya tentang Miqat, lalu Jabir menjawab, “Aku pernah mendengar pertanyaan yang diajukan kepada Nabi SAW, lalu beliau menjawab, “Miqat-miqat tersebut adalah untuk penduduknya dan orang-orang selain penduduknya yang datang melaluinya, dari orang-orang yang hendak berhaji atau berumrah” (HR. Al Bukhari- Muslim).